Dalam 100 hari pertama masa jabatannya yang kedua, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menunjukkan serangkaian kebijakan yang mengguncang kebijakan luar negeri AS secara mendasar. Berbagai keputusan kontroversialnya telah menciptakan ketegangan baru baik di dalam negeri maupun dengan sekutu internasionalnya. Dari perubahan drastis dalam pendekatan perdagangan hingga tindakan radikal dalam diplomasi global, langkah-langkah Trump telah menimbulkan banyak perbincangan dan analisis dari para pengamat politik dunia.
Kebijakan Luar Negeri Radikal
Sejak pelantikannya, Trump telah memulai kampanye kebijakan luar negeri yang, menurut banyak ahli, lebih berani dan bahkan lebih radikal daripada sebelumnya. Salah satu tindakannya yang paling mencolok adalah memulai perang tarif global yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta memangkas bantuan luar negeri AS secara signifikan. Ia juga telah bersikap kritis terhadap sekutu-sekutunya di NATO sementara pada saat yang sama mencoba mencairkan hubungan dengan Rusia.
Tidak hanya itu, Trump telah membicarakan kemungkinan akuisisi Greenland, mengguncang kebijakan luar negeri konvensional dengan ide-ide yang bagi banyak orang tampak ekstrem dan ekstrim. Pendekatan ini seolah memperkuat agenda “America First” yang dipromosikan Trump, yang berdampak pada alienasi sekutu dan pemberanian lawan-lawannya.
Tanggapan Internasional
Tidak mengherankan jika tindakan Trump ini memicu kekhawatiran di berbagai ibu kota dunia. Banyak pemerintah kini diguncang kebijakan yang cepat berubah, membuat mereka harus mengambil langkah sulit yang mungkin berdampak jangka panjang. Misalnya, di Eropa, negara-negara mulai memperkuat industri pertahanan mereka sendiri guna mengurangi ketergantungan pada senjata AS, sementara di Asia, Korea Selatan menaikkan wacana pengembangan senjata nuklirnya sendiri sebagai respons terhadap kebijakan Trump yang tidak menentu.
Reaksi dari Para Ahli
Elliott Abrams, seorang konservatif yang telah melayani di bawah dua presiden AS sebelumnya, mengungkapkan keheranannya dengan arah kebijakan Trump saat ini. Menurutnya, Trump sekarang jauh lebih ekstrem dibandingkan dengan delapan tahun lalu. Banyak diplomat dan analis yang berbicara kepada media menerima bahwa meskipun beberapa kerusakan mungkin bisa diperbaiki jika kebijakan bisa disesuaikan, permasalahan yang lebih dalam mungkin dapat berlangsung lebih lama.
Dennis Ross, seorang mantan negosiator untuk Timur Tengah, menyatakan bahwa apa yang sedang terjadi adalah gangguan besar dalam urusan dunia. Ketidakpastian terkait dengan kebijakan ini menyisakan banyak negara untuk bertanya-tanya bagaimana mereka akan menghadapi langkah Trump selanjutnya.
Upaya Perbaikan dari Gedung Putih
Menanggapi kritik ini, Gedung Putih melalui juru bicara Dewan Keamanan Nasional, menekankan upaya Trump untuk mengatasi berbagai tantangan. Ini termasuk mengembalikan Ukraina dan Rusia ke meja perundingan, melindungi pekerja Amerika, dan menjaga keberlanjutan hubungan internasional secara luas. Meskipun terdapat keraguan dari berbagai pihak mengenai langkah-langkah ini, Trump dan timnya tetap bersikukuh bahwa mereka bertindak untuk menyelamatkan kredibilitas AS di panggung dunia setelah kepemimpinan sebelumnya yang dianggap “tidak bertanggung jawab”.